Prof.
Nelson Tansu, Ph.D
Prof.
Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober
1977. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga
menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Setelah menamatkan SMA,
ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s
Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan
fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini
diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih
gelar bachelor of science kurang
dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude.
Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun
1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi
ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas
Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan
Mei 2003.
Selama menyelesaikan program doktor, Prof.
Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan
Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di
bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga
meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat
tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika
Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia
menjadi asisten profesor di bidang electrical
and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan
sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East
Coast, Amerika Serikat.
Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di
universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para
mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro
dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah
dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga
sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan
pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada,
Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten
atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di
AS, yaknibidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.
Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson
gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi
para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor,
menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan
teori (eyang Einstein) ketika
masih berusia muda.Karena
membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof.
Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di
Amerika Serikat.
Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan
masih menggunakan passport Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke
Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat membutuhkannya.
Prof.
Yohanes Surya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 november 1963. Setelah
menyelesaikan kuliah pada Jurusan Fisika Universitas Indonesia tahun 1986, ia
mengajar di SMAK I Penabur Jakarta sampai tahun 1988. Professor Yohanes Surya
Ph. D adalah seorang fisikawan lulusan William and Mary College Amerika
Serikat. Program Masternya diselesaikannya pada tahun 1990 dan program doktor
dalam bidang fisika nuklir pada tahun 1994 dengan predikat summa cum laude.
Kesempatan untuk memperdalam ilmu fisika di William and Mary College
diperolehnya melalui program beasiswa. Ketika masih
kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes Surya juga sering mendapat
beasiswa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemampuan intelektual yang cemerlang
dan didukung oleh kerja keras dalam mengembangkan talenta yang dimilikinya.
Walaupun sudah mendapatkan ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, Prof.
Yohanes memilih untuk pulang ke Indonesia, dengan tujuan ingin mengharumkan
nama bangsa Indonesia melalui Olimpiade Fisika.
Prof. Yohanes adalah fisikawan pendidik dan
peneliti selebritis di Indonesia. Ia menjadi terkenal karena membimbing
murid-murid cemerlang sekolah menengah Indonesia masuk pada komunitas fisika
pemula antarbangsa melalui Olimpiade Fisika Internasional dan kompetisi riset
fisikawan muda berkelas dunia : The First Step to Nobel Prize in Physics.
Gagasan untuk membentuk Tim Olimpiade Indonesia (TOFI), yang kemudian
membuatnya menjadi sangat terkenal, berawal ketika ia masih kuliah di Virginia,
Amerika Serikat. Ide yang dicetuskan bersama temannya Agus Ananda ini medapat
dukungan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nasional dan Fakultas Fisika Universitas Indonesia. Pada tahu 1993, Fakultas
Fisika Universitas Indonesia bersama dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional menyaring lima pelajar terbaik yang kemudian dikirim ke
Virginia, Amerika, tempat para mahasiswa tingkat doktoral ini belajar guna
dilatih untuk mengikuti Olimpiade Fisika International yang akan berlangsung di
William and Mary College. Walaupun Indonesia baru pertama kali mengikuti
Olimpiade Fisika Internasional, tim ini berhasil memenangkan Medali Perunggu
atas nama Oki Gunawan dari SMAN 78 Jakarta. Sepulangnya ke Indonesia, para
mahasiswa ini bersama dengan Roy Sembel dan Joko Saputro mendirikan Tim Olimpiade
Fisika dengan membawa serta nama Indonesia, menjadikannya Tim Olimpiade Fisika
Indonesia (TOFI). Sejak pertama kali mengikuti Olimpiade Fisika, Tim Indonesia
selalu memperoleh penghargaan. Medali emas pertama kali diperoleh di Padova,
Italia, pada tahun 1999. Perolehan medali emas merupakan tujuan awal yang telah
menjadi tradisi TOFI dalam mengikuti kompetisi bergengsi ini. Pengalaman
mengikuti olimpiade dengan prestasi membanggakan itu memudahkan Prof. Yohanes
menghubungi perguruan tinggi papan atas AS melamar tempat belajar sekaligus
beasiswa bagi alumni TOFI. Beberapa alumni TOFI yang belajar di Universitas
papan atas di dunia tersebut sedang dibimbing oleh Fisikawan Peraih Nobel. Hal
ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang Indonesia untuk memperoleh Nobel
Fisika. Nobel adalah penghargaan yang sangat bergengsi, karenanya apabila Orang
Indonesia berhasil meraih nobel, maka terbuka kesempatan bagi Indonesia menjadi
negara yang cepat Maju dan terdepan dalam teknologi.
Selain membimbing Tim Olimpade Fisika Indonesia,
Prof. Yohanes Surya juga sering mengadakan pelatihan guru fisika dan matematika
di seluruh pelosok Indonesia, baik di kota-kota besar, kotamadya/kabupaten
hingga ke desa-desa. Ia juga menjadi penulis buku yang produktif untuk bidang Fisika
dan Matematika. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Mestakung. Selain menulis buku,
banyak artikel fisika yang ditulisnya dimuat di jurnal ilmiah nasinal mapun
internasional, serta surat kabar terkenal di Indonesia. Beliau adalah pencetus
istilah MESTAKUNG dan pembelajaran GASING (Gampang, Asyik dan Menyenangkan).
Selain sebagai penulis, Prof. Yohanes juga
menjadi narasumber berbagai program pengajaran sekolah dasar dan menengah. Ia
juga ikut memproduksi berbagai program televisi pendidikan, di antaranya
“Petualangan di Dunia Fantasi” dan “Tralala-Trilili” di RCTI.
Selain aktivitasnya di atas, Prof. Yohanes juga
terlibat dalam kepengurusan Organisasi Internasional, di antaranya adalah Board
Member of The International Physics Olimpad, The First Step to Nobel Prize, The
First Asian Physics Olimpiad, executive member of the Word Physics Federation
Competition, Asian Science Camp. Selain itu, memimpin pusat penelitian
nanoteknologi dan bioteknologi, The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and
Bioengineering di Karawaci, Tangerang.
Sudah banyak penghargaan yang diperoleh Profesor
Yohanes Surya setelah bekerja keras dalam membimbing para pelajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya bidang fisika, di antaranya adalah
CEBAF/AWARD AS 1992/1993 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika
nuklir pada wilayah tenggara Amerika Serikat, Penghargaan Kreativitas 2005 dari
Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari
Presiden Bambang Susilo Yudoyono, penghargaan penulis Best Seller tercepat di
Indonesia untuk buku “Mestakung” yang ditulisnya.
Yohanes Surya merupakan Guru Besar fisika dari
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas
Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama,
Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains dan
matematika, anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah,
salah satu pendiri The Moctar Riady Institut, Anggota Dewan Wali Amanah Sekolah
Tinggi Islam Assalamiyah Banten, Fisikawan rombongan pertama yang membawa
ekonofisika, cabang ilmu yang mengawinkan fisika dan ekonomi, di Indonesia dan
Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group), serta asyik
mengkampanyekan cinta fisika di seluruh Indonesia.
Pesan
Kehidupan
Pesan kehidupan apa yang diperoleh setelah
membaca riwayat Prof. Yohanes Surya di atas ?
1. hal yang paling menarik untuk diperhatikan
adalah ketika berada di Virginia, Amerika Serikat. Ketika itu, Prof. Yohanes
Surya telah menyelesaikan program Doktor dan sempat bekerja di Amerika Serikat.
Walaupun sudah mendapat ijin tinggal dan kerja di Amerika Serikat, Prof.
Yohanes lebih memilih untuk kembali ke Indonesia dan mengharumkan nama bangsa
melalui Tim Olimpiade Fisika Indonesia didirikannya. Semangat nasionalis atau
cinta tanah air dan bangsa yang ditunjukkan oleh Prof. Yohanes patut kita tiru.
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga dan tetap mencintai negara
kita, serta berusaha untuk memajukan kehidupan bangsa, sesuai dengan bakat dan
kemampuan kita.
2. Tekun dan Kerja Keras merupakan dua hal yang
dimiliki oleh Prof. Yohanes Surya. Memiliki bakat atau kemampuan otak yang
pintar belum cukup jika tidak disertai ketekunan dan kerja keras. Sejak masih
kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes sudah sering mendapat beasiswa.
Hal ini berlanjut hingga kuliah di Amerika Serikat. Demikian juga
keberhasilannya dalam membimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia, serta berbagai
penghargaan dan keikutsertaannya dalam organisasi Ilmu Pengetahuan, baik di
tingkat Nasional maupun Internasional. Hal ini tentu saja tidak dapat diperoleh
tanpausaha sungguh-sungguh, tekun dan kerja keras.
3. Sikap saling menolong. Melalui bimbingannya,
Prof. Yohanes Surya secara tidak langsung telah menolong banyak pelajar sekolah
menengah yang cemerlang untuk belajar di Universitas Terkenal di Dunia, melalui
program beasiswa. Hal ini sangat membantu para pelajar sekolah menengah Indonesia
yang berbakat namun memiliki kesempatan yang terbatas untuk mendalami
pengetahuan di Univesitas yang berkualitas, karena faktor biaya.
4. Kemauan keras untuk mengubah nasib. Ketika
masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes Surya sering mendapat
beasiswa untuk meringankan beban ekonomi yang dialaminya. Kerja keras dan
ketekunannya dalam belajar akhirnya membuatnya mendapat beasiswa untuk belajar
di Amerika Serikat. Hal ini tidak dapat tercapai jika tidak disertai keinginan
kuat untuk mengubah nasib. Ingat bahwa Prof. Yohanes juga berasal dari keluarga
menengah ke bawah. Setelah menamatkan kuliah di UI, beliau sempat mengajar di
SMAK I Penabur Jakarta, lalu melanjutkan kuliah di Amerika Serikat karena
program beasiswa.
Masih banyak hal yang dapat kita petik dari
riwayat hidup Prof. Yohanes Surya. Mari kita teladani hal-hal baik yang telah
ditunjukkan oleh Prof. Yohanes Surya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar